MIMPI
MIMPII Namaku Rani. Aku lahir di sebuah desa kecil di pinggiran Jawa Tengah. Ayahku seorang buruh tani, dan ibuku menjahit di rumah tetangga untuk menambah penghasilan. Sejak kecil, aku diajarkan untuk tidak banyak bermimpi, karena “mimpi itu milik orang-orang yang punya uang.” Tapi aku tetap bermimpi. Setiap kali melihat guru datang ke sekolah dengan percaya diri dan senyum yang menenangkan, aku berkata dalam hati: aku ingin seperti mereka . Aku ingin jadi guru. Bukan hanya supaya bisa berdiri di depan kelas, tapi karena aku tahu, pendidikan adalah pintu keluar dari kemiskinan kami. Namun hidup tidak pernah mudah bagi pemimpi sepertiku. Setelah lulus SMP, orang tuaku tak sanggup membiayai sekolah. Aku hampir menyerah. Tapi suatu hari, kepala sekolah memanggilku dan berkata, “Kamu dapat beasiswa, Ran. Jangan sia-siakan.” Sejak saat itu, aku berjalan kaki lima kilometer setiap hari ke sekolah. Pulang sore, bantu ibu menjahit sampai malam. Kadang mengantuk di kelas, kadang dimarahi...